Sabtu, 31 Mei 2025

KETEGANGAN MENINGKAT: RUSIA ANCAM PERANG DUNIA III USAI TRUMP KRITIK PUTIN

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia kembali meningkat tajam setelah mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, mengeluarkan ancaman soal "Perang Dunia III" sebagai respons terhadap kritik Presiden Donald Trump kepada Vladimir Putin.

Trump, dalam unggahannya di media sosial, menyebut Putin "gila" setelah serangan udara Rusia ke Kyiv. Presiden AS tersebut juga menegaskan bahwa jika bukan karena dirinya, Rusia akan mengalami hal yang "sangat buruk"."Apa yang tidak disadari Vladimir Putin adalah bahwa jika bukan karena saya, banyak hal yang benar-benar buruk sudah terjadi pada Rusia, dan yang saya maksud adalah BENAR-BENAR BURUK," tulis Trump di platform Truth Social. 

"Dia bermain dengan api!" tambahnya.Menanggapi pernyataan tersebut, Medvedev yang kini menjabat sebagai pejabat senior keamanan Rusia, membalas dengan nada keras melalui platform X (sebelumnya Twitter). "Saya hanya tahu satu hal yang BENAR-BENAR BURUK — Perang Dunia III. Saya harap Trump memahami ini!" tulisnya.Komentar Medvedev ini langsung dikecam oleh utusan khusus Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, yang menyebut pernyataan tersebut "ceroboh" dan "tidak pantas bagi kekuatan dunia". Kellogg juga mendesak agar segera ada gencatan senjata dan menuding Moskow menunda-nunda proses damai. 

Upaya Diplomasi di Tengah Ketegangan

Meski retorika kedua pihak memanas, tanda-tanda diplomasi masih terlihat. Untuk pertama kalinya sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, perwakilan diplomatik AS terlihat hadir dalam forum keamanan internasional di Moskow. Pengamat menilai langkah ini sebagai gestur simbolis dari pemerintahan Trump untuk mempertahankan jalur komunikasi dengan Kremlin, di tengah tekanan geopolitik yang makin kompleks. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, berupaya meredakan ketegangan dalam konferensi pers pada hari Rabu. Ia berterima kasih kepada Trump "secara pribadi" atas upayanya, namun menegaskan bahwa "ada banyak nuansa berdasarkan kepentingan nasional, yang tidak dapat dikorbankan dan yang tidak akan dikorbankan oleh kedua belah pihak. "Trump, yang sebelumnya berjanji akan mengakhiri perang dalam 24 jam sejak menjabat, kini menghadapi realitas yang jauh lebih kompleks. Meskipun sempat melakukan pembicaraan telepon yang digambarkan "bersahabat" dengan Putin minggu lalu, kesabaran Trump tampaknya mulai menipis seiring dengan berlanjutnya serangan Rusia ke Ukraina.

Situasi di Ukraina Tetap Genting

Sementara ketegangan diplomatik berlanjut, situasi di Ukraina tetap genting. Pejabat Ukraina melaporkan satu orang tewas dan lebih dari dua puluh orang terluka akibat serangan rudal balistik Rusia di berbagai wilayah negara tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dijadwalkan bertemu dengan Kanselir Jerman yang baru, Friedrich Merz, pada hari Rabu. Mereka diperkirakan akan membahas kesiapan Kyiv untuk merespons serangan dan ancaman Rusia, termasuk peningkatan produksi drone dan rudal.Merz sebelumnya menyatakan bahwa pemerintahnya akan mencabut semua pembatasan jangkauan pada senjata yang dikirim ke Ukraina, memungkinkan Kyiv untuk mempertahankan diri dengan menyerang posisi militer jauh di dalam wilayah Rusia. Peskov menyebut keputusan Merz "sangat berbahaya" dan bertentangan dengan upaya perdamaian yang sedang berlangsung.(Bejo)

Sumber: Berdasarkan laporan dari NBC News, Al Jazeera, dan berbagai sumber internasional lainnya.