Jakarta, 20 Mei 2025 — Ribuan driver ojek online (ojol) turun ke jalan dalam aksi damai menyuarakan keresahan mereka terhadap kebijakan tarif dan sistem kemitraan yang dinilai semakin menekan di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Mereka bukan sekadar pengemudi—mereka adalah tulang punggung ekonomi digital, penghubung harapan di tengah kemacetan dan jarak.
Aksi ini bukan tentang pemberontakan. Ini adalah jeritan realitas dari mereka yang setiap hari mengantar anak-anak ke sekolah, mengirim makanan hangat ke rumah kita, dan mengantar harapan di balik helm dan jaket hijau atau orange mereka. Di tengah cuaca yang tak bersahabat dan risiko jalanan, mereka tetap hadir—untuk kita.
Kita dan Ojol: Saling Membutuhkan
Tanpa ojol, mobilitas kita akan jauh lebih sulit. Tanpa kita, roda penghidupan mereka tak akan berputar. Hubungan ini bukan sekadar layanan, tapi simbiosis sosial. Sudah saatnya masyarakat tidak melihat aksi ini sebagai gangguan, melainkan sebagai panggilan untuk peduli dan mengerti.
Pemerintah: Saatnya Kebijakan Berpihak
Pemerintah harus duduk bersama para driver dan platform. Berikut beberapa solusi yang bisa diambil:
1. Revisi Tarif Dasar: Sesuaikan tarif minimum agar layak secara ekonomi bagi driver, tanpa membebani penumpang.
2. Transparansi Kemitraan: Buat regulasi yang mengatur hak dan kewajiban antara platform dan driver secara adil.
3. Perlindungan Sosial: Berikan jaminan kesehatan dan kecelakaan sebagai standar dalam ekosistem ojol.
4. Zona Damai Digital: Bangun saluran komunikasi yang aktif antara pihak pemerintah, driver, dan perusahaan aplikasi.
Penutup: Kita Bergerak Bersama
Mari berhenti menyalahkan. Saatnya mendengar. Saatnya menyatukan langkah. Karena kita dan mereka ada di jalan yang sama: mencari nafkah, mencari aman, dan mencari masa depan yang lebih manusiawi. (Bejo)